Dulu terfikir, uang pensiunan pegawai negeri
sudah cukup untuk menjadi jaminan sumber biaya untuk membiayai keluarg-ku,
namun krisis berkepanjangan di negeri ini, ditambah harga kebutuhan hidup yang
terus meningkat membuat dana pensiunan bulanan makin tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup saat ini, membiayai biaya sekolah anak-anak-ku, dan gaya hidup
mereka yang makin tinggi, belum lagi, Parni istri-ku yang tercinta mengidap
penyakit kanker, harta yang tersisa pun saya jual untuk menutup semua biaya
pengobatan, walaupun akhirnya Parni meninggal 5 tahun yang lalu..
Dan sejak lima tahun itulah saya harus memutar
otak, beruntung di usia-ku yang sudah lewat setengah abad ini, gelar S-2 sempat
saya kenyam, hingga Saya masih Dia itu itunggap pantas untuk mengajar di sebuah
Universitas Swasta di Jakarta,..
Berbeda memang, anak-anak dari kaum borjuis ini,
membuat rasanya diri ini malu, merasa gagal sebagai orang tua, rasanya tuntutan
ke 2 anak-ku Mardi dan Mira tidak lah berlebihan HandPhone berwarna atau pun
sepeda motor, itu masih jauh di bawah standard para Mahasiswa-ku,..
Ya bagaimanapun saya mulai bersyukur, bersyukur
anak-anakku masih mau mengagap saya sebagai ayah, dan mau menerima keadaan
ekonomi yang meski tidak berlebih, namun untuk sekedar biaya makan dan sekolah
bukanlah masalah,..
Selama lima tahun ini juga saya berusaha menjadi
dosen idealis, dosen yang baik dan objektive pada murid-murid-ku, berusaha
sedikit tegas dan memang itu yang saya fikir harus saya lsayakan, sayang
rasanya membiarkan mereka membuang uang orangtua-nya untuk sekedar bermain di
dalam kelas, saya gak mau seperti Pak Irham, atau Pak Bambang, yang dikenal
sebagai dosen ‘baik’ di kampus ini, sayang rasanya mereka tidak mendapat
sesuatu di dalam kelas,..
Namun kejaDia itu itun ini membuat hidupku
berubah, mungkin…
Waktu itu saya mengajar pelajaran Bank dan
Lembaga Keuangan, salah satu mata kuliah yang paling saya kuasai, kelas yang
kuajar itu bisa dibilang kelas buangan, karena memang hal yang biasa kalau
daftar kelas dan dosen yang mengajar itu sudah bocor sebelum pengisian Jadwal
mahasiswa,..
Jadilah kelas-ku salah satu kelas yang paling
dihindari,.. Yang payahnya lagi anak-anaka ini seperti tidak mau Belajar, saya
berusaha bersabar, hingga pada akhirnya saat membacakan nilai UTS, 3 minggu
sebelum UAS murid-murid mulai menjambangi meja kerja-ku di ruang dosen, ya
seolah saya yang menentukan nilai, saya yang sengaja membuat nilai mereka
Jatuh,..
Hal itu sudah biasa terjadi 5 tahun belakang ini,
namun entah satu orang ini, seorang mahasiswi membuatku jatuh dalam
perangkapnya, saya bahkan terkadang berfikir, apa saya pantas masih menjadi
seorang dosen?
Sore itu, seorang Mahasiswi, murid kelasku, usianya
sekitar 21-an Dia itu itutas rata-rata usia mahasiswa di kelas-ku, memang salah
satu mahasiswa bermasalah dengan nilainya,.. orang-nya cantik, cantik sekali
memang, rasanya Dia itu itu pun terlihat berbeda memiliki keistimewaan tertentu
yang membuat seorang lelaki, bahkan seusia-ku ini masih menaruh minat
padanya,..
Tubuhnya sintal proposional, memang lebih tinggi
dari-ku yang hanya 164 cm ini, sore itu sekitar pukul 5 sore, suasana ruang
dosen sudah sangat sepi, apalagi hari jum’at hanya sedikit dosen yang mengajar
hingga sepetang ini pada hari itu, saya baru saja duduk di kursi-ku setelah
mengambil air putih dari dispenser di sudut ruangan,.
Saat itulah Lidyanica, nama Mahasiswi itu datang
menghampiriku, perlahan Dia itu itu melangkah masuk, dengan senyuman lembut,
rambut panjangnya yang berwarna coklat dikuncir, celana panjang jeans berwarna
hitam ketat memperlihatkan pahanya yang berisi, bokongnya yang padat,..
Balutan kaus kuningnya, berdada rendah
memperlihatkan payudaranya yang membusung, bahakan BH yang dikenakannya pun
adalah Bra yang mengait dileher, hingga saya dapat dengan jelas melihat warna
Bra-nya talinya berwarna merah, sedangkan Cup-nya sendiri berwarna Hitam,
kutaksir ukurannya 36 B, terlihat dari balik kausnya yang berbahan tipis itu,..
Entah apa maksudnya, saya tak berusaha menerka,
mungkin hanya berusaha memberikan sogokan, seperti beberapa mahasiswa lain yang
datang beberapa hari kebelakang,.. Saya pun berusaha memasang tampang cuek,
meski iman ini mulai terguncang,..
“Pak Agus,..” Suara lembut itu memanggil,..
“Ya,..” Kata-ku menjawab,..masih berusaha
memberikan ekspresi datar,..
“Saya Lidyanica, murid BLK bapak…” Memperkenalkan
diri “ Boleh saya duduk?”
“Oh ya silahkan, Lidyanica dari kelas G?” Saya
pura-pura bertanya, meski sebagai lelaki tidak mungkin saya tak mengingat
mahasiswi secantik Lidyanica
“Iya pak, saya mau minta bantuan pak,..”
tampaknya Dia itu itu sudah biasa berbuat seperti ini, hingga tak malu-malu
lagi untuk mengajukan permintaan yang sebenarnya memalukan itu,..
“Oh, memang apa yang bisa saya bantu?” Saya
pura-pura bertanya meski sudah bisa menerka keinginan-nya,..
“Nilai saya Pak, Cuma 24,..Saya mau lulus pak,..”
Dia itu itu meminta lagi tanpa rasa malu
Wajahnya pun terlihat cuek, seolah tak
bersalah,..
“Wah, jauh ya,..gimana mungkin kamu mengulang
semester depan,..” ya memang itu yang bisa kulsayakan, nilai itu terlalu jauh,
dan tampanya sulit untuk Dia itu itu bisa mengejar nilai di UAS, meski bukan
hal yang tidak mungkin,…
“Yah, bapak, masa gak bisaaa…” Lidya berkata
Manja,..tubunnya dibusungkan seolah sengaja mendorong dada-nya lebih maju,
menempel di meja kerja-ku,.. menapak Dia itu itutas kaca bening Dia itu itutas
meja,..Dadanya terkesan lebih besar, tak hanya itu belahan dada-nya yang rendah
membuat payudaranya sedikit terangkat keluar, belahan-nya menantang dalam jarak
yang begitu dekat, darah tua ini mendidih,..entah apa, saya berusaha menerka
maksud dari murid cantik-ku ini,..
“Bapak, tolongin saya ya pak,..” Suaranya sengaja
dibuat demikian manja, manja membuat hati ini sedikit luluh, saya seorang
manusia, seorang lelaki normal
“Eh, ehmmm..”,” Mungkin kamu bisa, bisa kerjakan
makalah bab 14 – 18, saya akan maksimalkan nilai tugas-mu..” Saya berusaha
untuk tidak menatap ke belahan dadanya itu,..
Saya yakin seyakin yakinnya, Lidya bukan tak tahu
saya mengintip, tapi Dia itu itu seolah cuek-cuek saja, bahkan kesan yang
diberikannya semakin disengaja,..Seraya berdiri,..
“Bapak, bapak bisa kan bikin cepet selesai?”, Dia
itu itu berdiri menantang dihadapan-ku, tatapannya menggoda,..” Ayolah Pak,..”
Katanya lagi sambil membuka jepitan rambutnya, rambut panjangnya terurai
indah,..menambah kecantikan gadis muda ini,.
Jantungku berdegup kencang,
“Eh,.. apa maks..maksud kamu,..” Saya tahu, saya
tahu maksudnya, saya bukan orang bodoh, tapi saya bukan orang yang ingin
mengambil kesempatan, saya tahu di lingkungan kampus ini sudah biasa mahasiswi
yang bisa dibilang ( maaf ) Jablay, dan bukan tak mungkin Lidyanica ini pun
salah satu bagian komunitas tersebut,..
“Saya cuma mau lulus pak,..” Dia itu itu menjawab
santai, duduk Dia itu itutas meja-ku, saat berdiri tadi Dia itu itu sempat
berbalik, tubuhnya indah sempurna, matanya indah bokongnya pun demikan
menggoda,.saya meneguk ludah dalam deru jantung dan desir darah yang membara,..
“Bapak, bapak tahu kan, bapak tahukan musti
bagaimana untuk membantu saya,..” Manja Dia itu itu berkata,..tubuhnya
menunduk, memeluk-ku dari belakang, menyela lewat bahu,..tangannya menempel
didadsaya, bersilang, kepalanya di tidurkan di bahu-ku, mesra, saya dapat
merasakan hembusan nafas, tatapan matanya yang seolah menelanjangiku itu, mata
berglayut manja memandang-ku, tiba-tiba Lidyanica mencium-ku,..
Memeluk-ku lebih erat, mencium pipi kiriku
hangat, saya bahkan merasakan ciuman yang berbeda dari ciuman anak-anak-ku
setiap ulangtahun-ku, bukan ciuman kasih sayang, tapi sebuah ciuman berbeda,
mencium pipiku yang mulai berkerut dengan hangat, sentuhan lidahnya sesekali
menyentuh kulit pipi-ku, darah tua ini tambah berdesir, makin menyerah akan
kekalutan dosa birahi anak didik-ku,..
“Lidya yakin, Bapak pasti bisa bantu Lidya,..” Dia
itu itu melepas pelukan dan menghentikan ciumannya,.Tuhan kufikir hanya ini
saatnya bila saya ingin mengakhiri semua ini, mengakhiri dosa anak didik-ku,..
Lidya melangkah perlahan, mendorong bangku-ku
menjauh dari meja kerja-ku,.Dia itu itu berdiri dihdapanku sekarang,..mulut
orang tua ini tak sanggup berkata apa-apa lagi,..di depan kedua matsaya, Lidya
menarik kausnya, meloloskan kaus kuning tipisnya,..sekaligus menarik jepitan
rambutnya, rambut panjang coklatnya terurai, menambah kesan kecantikan sensual
gadis itu
Tubuhnya yang putih indah itu, tak berbalut lagi
dengan kaus tipis itu, payudaranya yang masih terlidung oleh Bra-nya yang
mungkin hanya menutupi bagian putingnya saja, ya Cup-nya kecil sekali tak
sepadan dengan dada-nya yang padat berisi itu,,..
Lidya, menatap ku, dengan tatapan manja
Khasnya,..
Menunduk lah gadis itu membuat payudaranya itu
kian menantang-ku, menantang birahi-ku yang terus memuncak, mamancing birahi
seorang lelaki tua,..jemari lentiknya bergerak ke perut, seolah sengaja
belaiannya seolah penari erotis yang begitu memamerkan perut ratanya yang putih
rata itu,..
Rambutnya yang panjang terurai, makin menggoda,
menutup sebagian wajahnya memberikan kesan misterius yang merangsang, jemari
lentik itu menekan kancing celana jeans ketatnya, menarik keluar kancing celana
itu keluar dari tempatnya,..
Belum lagi saya menghela nafas, Lidya kembali
membuatku harus menahan nafas lebih lama, jemari lentik berbalut kutek merah
muda itu menempel di kancing resletingnya, sempat Lidya menatap-ku, tersenyum…
Jemari lentik itu bekerja, menarik turun resletingnya,
saya menarik nafas panjang-panjang,.. mata tua ini mengintip, mencoba mencari
tahu indahnya dunia remaja, celana dalam hitam-lah yang bisa kulihat, saya
menarik mata-ku dari daerah selangkangan itu, menatap mahasiswiku yang hanya
tersenyum-senyum saja, dengan tatapan mata yang menggoda,..
“Srettt…” celana itu meluncur turun, saya tak
lagi harus mencuri-curi pandang, celana dalan hitam model string itu kini sudah
menantangku, celana Jeans ketat itu terus diturunkan oleh Mahasiswi-ku itu,..
Meluncur turun melewati bokongnya yang padat
berisi itu, melewati pahanya yang begitu putih mulus menggoda, lutut-nya yang
indah, turun lagi melewati betis Lidya,..Oh tuhan tubuh itu seolah menari indah
sekali, hingga celana jeans itu tertahan di kakinya, Lidya meloloskan celana
jeansnya dari kaki sebelah kiri dahulu, berganti kaki kanan hingga Jeans itu
terlepas dari tubuh indahnya,..sebelum Dia itu itu menaruh kaus dan celana
jeansnya Dia itu itutas meja kerja-ku,..
0 comments:
Post a Comment